Kamis, 09 Mei 2013

Sebaik-Baik Cinta

Tiba-tiba saya ingin menulis topik ini di blog ini. Padahal biasanya topik-topik semacam ini selalu saya tuliskan di blog saya satunya lagi. Karena blog tersebut memang secara khusus saya buat untuk mencurahkan segala uneg-uneg dan pemikiran saya soal cinta tapi berhubung blog yang satunya sudah hilang gak tau kemana jadi saya tulis disini saja


Entahlah, gara-gara terbangun di tengah malam, saya jadi punya banyak sekali inspirasi untuk menulis hari ini. Semoga saja hal-hal semacam ini terus berlanjut sampai masa-masa saya masuk kuliah. Lebih-lebih sampai saat menuliskan kisah hidup bersamamu nantinya. *uhuk* :D
Eh, ngomong-ngomong, sering sekali kita bicara soal cinta. Apa sih sebenarnya cinta?
Bentar, jangan jawab dulu. Saya rasa kita tak perlu mendefinisikannya. Karena cinta memang bukan kata benda yang harus didefinisikan. Tapi kata kerja yang harus diwujudkan dalam tindakan.
Cinta itu kata kerja. Begitu katanya. Dan selayaknya kata kerja, semestinya ada unsur usaha di dalam cinta. Atau jangan-jangan mungkin karena ini juga, pepatah jawa pernah bilang wiwiting tresna saka kulina. Karena mereka sangat sadar bahwa cinta itu bisa diusahakan dan tidak selalu muncul secara tiba-tiba. Seperti halnya cinta pada Tuhan. Harus diusahakan..



Percuma kita bilang cinta ini, cinta itu, kalau kenyataannya tindakan kita tidak sejalan dengan itu semua. Kalau kita memang cinta, ya buktikan saja dalam tindakan nyata. Kalau kita memang cinta kebersihan, ya lakukan hal-hal yang membuat kita senantiasa menjaga kebersihan. Kalau kita memang cinta lingkungan,  ya kurangi saja pemakain kertas dan kurangi pemborosan energi. Kalau kita memang cinta kedua orang tua, ya usahakan untuk selalu mendoakan dan membahagiakan mereka. Gitu seterusnya.
Coba perhatikan kedua orang tua kita. Mungkin mereka tidak sering-sering mengumbar kata cinta kata cinta. Tapi lihatlah apa yang mereka lakukan setiap harinya. Maka kita akan menemukan cinta dalam wujud tindakan nyata. Cinta mereka memang tak terucapkan. Tapi terwujudkan dalam tindakan. 
Karena sebaik-baik cinta, adalah yang berwujud tindakan nyata.

Mencintai Apanya Ataukah Mencintai Apa Adanya

Gara-gara timeline twitter saya banyak dihiasi oleh ucapan Dennis Bergkamp di atas, saya jadi teringat sama tulisan bang @newsplatter di blognya beberapa waktu silam.

“Seringkali, kita jatuh cinta dengan imajinasi kita sendiri tentang sosok pasangan yang sempurna. 
Kita bertemu seseorang yang belum benar-benar kita kenal, kemudian kita mulai berangan-angan bahwa “inilah orangnya”, sosok ideal yang kita cari-cari selama ini. Masalah pun mulai muncul ketika ilusi kita mulai memudar. Kita akhirnya melihat “versi asli” dari orang yang kita bayangkan sebagai sosok ideal tersebut. Dan tragisnya, kita menuduh bahwa orang yang kita anggap ideal tersebut telah berubah. Padahal kenyataannya pandangan kitalah yang menjadi lebih terbuka. 

Seringkali, kita jatuh cinta bukan dengan orangnya, tapi dengan “jalan keluar” yang dibawanya. Kita merasa kesepian, kita tidak ingin merasa sendiri dan sengsara, kemudian kita melihat orang yang kita temui ini sebagai sebuah “solusi” atas rasa kesepian kita. Kemudian, kita jatuh cinta pada solusi yang dibawanya, bukan benar-benar cinta pada orangnya.  


Beberapa orang yang lain jatuh cinta dengan “agenda”. Kita telah membuat rencana hidup kita: kapan saatnya mencari pasangan, kapan waktunya menikah, kapan waktunya punya anak, dan lain sebagainya. Dan kemudian kita melihat orang yang kita temui ini sebagai jawaban atas agenda-agenda hidup kita tadi. Untuk yang kesekian kali, kita jatuh cinta, bukan pada orangnya. Tapi pada solusi yang dibawanya atas agenda hidup kita.
Beberapa orang yang lain lagi jatuh cinta pada “obat” yang dibawanya. Kita merasa sakit hati, kita punya trauma di masa lalu, kemudian kita menemukan orang ini sebagai orang yang kita pikir bisa menyembuhkan semua luka kita. Pada saat itu, kita sebenarnya sedang jatuh cinta pada “obat” yang dibawanya. Bukan benar-benar jatuh cinta pada orangnya.   
Dan sedikit orang yang beruntung, menemukan orang yang satu ini, mengenali isi hatinya dengan baik, dan kemudian kita jatuh cinta padanya. Dan sedikit yang beruntung selanjutnya, jatuh cinta, sepenuhnya pada orangnya.”
Seorang yang mencintai kita karena harta, suatu saat pasti meninggalkan kita karena harta tersebut. Seorang yang mencintai kita karena status/jabatan yang kita punya, suatu saat pasti akan meninggalkan kita karena status/jabatan tersebut. Seorang yang mencintai kita karena cinta kepada Tuhannya, dia tidak akan pergi ke mana-mana. Kecuali dia sudah tidak lagi cinta kepada Tuhannya.
Mencintai orang di saat orang tersebut sukses itu mudah. Mempertahankan komitmen agar tetap cinta meskipun pasangan kita sedang mendapatkan banyak masalah, itulah yang susah.
nb: postingan bang @newsplatter sengaja saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia biar lebih mudah dimengerti oleh semua yang mengunjungi blog saya.